Tahun kemarin China alami pengurangan komunitas
Komisi kesehatan di propinsi Sihuan, China, pada Senin (30/1/2023), mengeluarkan peraturan tidak untuk kembali batasi jumlah kelahiran anak. Sihuan akan meluluskan orang yang belum menikah untuk mempunyai anak.
Peraturan itu diganti sebagai usaha nasional untuk tingkatkan jumlah kelahiran di negara itu. China sekarang ini tengah hadapi pengurangan angka kelahiran.
Baca Juga : Cara Mendapatkan Cuan Dengan Sangat Mudah Di Okeplay777
- Peraturan nasional merepotkan orang yang belum menikah untuk mempunyai anak
Merilis The Guardian, sekarang ini kewenangan propinsi cuma meluluskan pasangan menikah yang ingin mempunyai sampai dua anak harus mendaftarkan ke faksi berkuasa di tempat.
Tetapi, peralihan sudah dilaksanakan, semuanya orang bisa mendaftar kelahiran ke pemprov tanpa batas kelahiran dan status pernikahan. Ketentuan baru mulainya berlaku pada 15 Februari.
Kewenangan Sihuan, menjelaskan peralihan itu sebagai cara mengubah konsentrasi registrasi melahirkan anak ke kemauan melahirkan anak dan hasil melahirkan anak. Beberapa langkah itu akan diaplikasikan sepanjang 5 tahun.
China, berkaitan peraturan reproduksi nasional, tidak secara eksplisit larang wanita yang belum menikah untuk mempunyai anak. Tetapi bukti pernikahan kerap kali dibutuhkan untuk orangtua untuk terhubung service gratis, terhitung perawatan kesehatan saat sebelum melahirkan, upah ibu sepanjang cuti melahirkan, dan pelindungan tugas.
Mereka yang ingin mendaftar kelahiran di luar pernikahan kerap hadapi denda berat, supaya anaknya mendapatkan akses pengajaran dan service sosial.
Sekarang ini, Sihuan tempati posisi ke-7 dalam soal pembagian komunitas yang lebih tua dari 60 tahun, atau lebih dari 21 % komunitas. Sihuan terhitung antara beberapa daerah yang coba beragam stimulan untuk tingkatkan kelahiran.
Pada Juli 2021, pemerintahan mengenalkan sokongan bulanan ke orangtua yang mempunyai anak ke-2 atau ke-3 sampai anak itu berumur 3 tahun.
- Respon atas peralihan ketentuan
Yi Fuxian, periset kebidanan dan ginekologi di University of Wisconsin-Madison dan seorang pakar peralihan komunitas China, menerangkan jika peraturan awalnya atur satu pasangan cuma mempunyai satu anak.
“Saat ini sama dengan menggagalkan (batasan) seutuhnya, jadi tak perlu jadikan pernikahan sebagai persyaratan. Menghargai hak reproduksi yang tidak syah, tapi tidak menggerakkan kelahiran yang tidak syah,” ucapnya, sambil menambah jika mempunyai anak di luar pernikahan masih jarang ada di Asia Timur.
Baca Juga : Promo Dan Bonus Menarik Yang Bisa Kalian Dapatkan Hanya Di Okeplay777
Ada beragam reaksi di internet berkaitan peraturan ini. Sebagian orang menjelaskan, perlakuan itu tidak berhasil menangani kekuatiran mereka mengenai harga rumah. Sementara lainnya bertaruh berkenaan perselingkuhan dan apa itu akan mempengaruhi ibu alternatif ilegal.
“Silahkan pikirkan pertanyaan apa akan melahirkan atau mungkin tidak sesudah melakukan reformasi mekanisme pengajaran dan klinis,” kata seorang pengkritik.
“Bila ada pembatasan pernikahan, mengikat paksakan 2 orang untuk menikah dan sesudah demikian lama dan mereka berpisah, benar-benar kacau-balau! Di bawah peraturan ini, lebih bebas permasalahan, dan menghargai kebebasan reproduksi,” kata seorang yang memberikan dukungan peraturan di Sihuan.
- China usaha tingkatkan angka kelahiran
Merilis BBC, China sekarang ini mengalami pengurangan tingkat kelahiran. Untuk pertamanya kali dalam 60 tahun, komunitas di negara tersebut alami pengurangan komunitas. Tingkat kelahiran yang semakin menurun karena peraturan ketat untuk jumlah anak.
China pada 1979 mengaplikasikan peraturan satu anak. Keluarga yang menyalahi ketentuan didenda dan dalam beberapa kasus bahkan juga kehilangan tugas.
Dalam budaya China, yang lebih memprioritaskan anak lelaki, membuat kelahiran anak wanita lebih tidak diharapkan, peraturan itu mengakibatkan aborsi paksakan.
Peraturan satu anak dihapus pada 2016. Selanjutnya, ketentuan jumlah anak bertambah secara nasional untuk pasangan menikah jadi tiga anak pada 2021. Tetapi, peralihan yang diawali pada 2016 tidak berhasil hentikan pengurangan angka kelahiran.
Presiden China Xi Jinping sudah jadikan kenaikan angka kelahiran sebagai fokus. Pemerintahan sudah tawarkan kemudahan pajak dan service kesehatan ibu yang lebih bagus untuk mengubah atau perlambat pengurangan komunitas.
Sekarang ini, golongan muda di China makin malas untuk menikah dan melahirkan, dengan argumen tingginya ongkos hidup, menyusutnya mobilisasi sosial, bertambahnya penekanan profesi, dan harapan sosial pada wanita.